Konsep dan Makna Belajar, bagaimana hubungannya dengan perkembangan seseorang?

July 06, 2019



(disclaimer : tulisan ini ditulis berdasarkan sehemat saya, berdasarkan pengalaman. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan menurut keilmuan)

Belajar merupakan sebuah proses dalam memahami sesuatu, apapun itu. Belajar juga sebuah proses dalam menggali hal-hal baru dalam hidup kita, tidak jarang dari sebuah belajar kita pun bisa menghasilkan sesuatu. Sebelum belajar bisa mengantarkan kita pada hal baru dan menghasilkan sesuatu, belajar lebih dulu memperlihatkan kita pada sesuatu yang salah di masa lalu, sehingga kita bisa bersiap-siap to face the future secara baik. Jadi, siklusnya begini nih kira-kira :

1.0 siklus belajar (silvyabudiharti.blogspot.com)

Dalam belajar, bukan hanya mata pelajaran atau mata kuliah yang harus kita pelajari dan bukan hanya dengan memahami kedua itu kita disebut sedang belajar, tetapi juga dalam hidup. Ya, pengertian belajar tidak hanya sampai sekolah atau universitas, namun sepanjang hayat. Belajar juga bukan hanya perkara menghafal dan membaca saja, namun lebih kompleks dari itu. Mulai dari memerhatikan, menganalisis, lalu melakukan melalui membaca dan menulis serta mengimplementasikannya. Dari implementasi inilah belajar akan terasa dampaknya bagi orang-orang di sekitar kita. Jadi ternyata belajar bukan hanya sebuah kata kerja yang dapat berdampak bagi orang yang melakukannya, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Belajar ternyata sebermakna itu.

Namun, tak mudah bagi beberapa orang untuk dapat memahami makna belajar semendalam itu. Kebanyakan dari mereka belajar agar mereka mendapat keuntungan yang didapat dari nilai-nilainya selama sekolah ataupun kuliah. Oleh karena itu, muncul generasi-generasi yang gemar mencontek ketika ujian. Demi keuntungan pribadi, mereka melupakan esensi-esensi nilai moralitas yang ada. Padahal di setiap sekolah nilai-nilai moralitas pasti diajarkan bahkan ada yang bersifat memaksa. Namun pada kenyataannya nilai-nilai tersebut tidak meresap ke dalam diri dan tidak melebur menjadi kepribadian setiap siswa.

Fenomena lain yang sering ditemukan di sekolah-sekolah adalah ketika tengah dilaksanakannya ujian, lalu apa yang dipelajari siswa tidak muncul dalam soal, maka pasti banyak siswa yang protes. “capek-capek belajar tapi gak ada yang keluar soalnya, ya percuma..” dan sederet pernyataan protes lainnya (termasuk saya sendiri). Hal ini dirasa wajar siswa untuk protes jika materi-materi yang muncul yang memang tidak ada dalam daftar subbab pelajaran. Namun yang sering terjadi adalah soal-soal yang muncul ketika ujian namun tidak sesuai dengan apa yang siswa pelajari sebelum ujian meskipun sebenarnya materi-materi tersebut ada pada subbab materi yang disajikan oleh guru, maka hal itulah yang membuat miris, miskonsepsi dari belajar. Para siswa hanya belajar ketika hendak ulangan, mereka cenderung menghafal kisi-kisi yang didapat teman sebaya, dan hanya mengejar nilai saja. Padahal belajar bukan untuk itu, melainkan untuk mendapatkan hal-hal baru atau ilmu. Lalu seharusnya ketika subbab materi yang siswa pelajari tidak ada dalam materi ujian sebenarnya mereka tidak perlu merasa rugi, karena berarti mereka baru saja mendapatkan ilmu baru atau mengulas materi sebelumnya.

“Tidak ada yang rugi dengan belajar, sekalipun tidak ada dalam selembar soal ujian.”

Menjadi rugi jika hanya mengejar nilai. Sebenarnya mengejar nilai pun tidak salah jika dibarengi dengan konsep dan tujuan belajar yang benar. Namun konsep dan tujuan belajar yang benar ini sering dilupakan oleh para siswa lantaran faktor tuntutan orang tua. Ada beberapa orang tua--bahkan banyak, yang menuntut anaknya untuk menjadi juara kelas, maka jika tidak berhasil anak akan dimarahi dan bahkan diberi hukuman. Hal inilah yang membuat anak melakukan kecurangan ketika ulangan dan proses belajarnya, “yang penting gue gak dimarahin ortu, aman.” begitu pikir siswa kebanyakan. Sangat disayangkan bahwa belum seluruhnya orang tua paham akan hal itu. Maka dari itu, sebenarnya belajar itu harus dilakukan oleh setiap kalangan, bukan hanya siswa, tetapi juga guru maupun orang tua siswa. Serta bukan hanya untuk saat-saat tertentu, melainkan sepanjang hayat.

“Ya, belajar itu merupakan proses yang seharusnya tidak akan berhenti sampai akhir hayat.”

Menyinggung akhir hayat, selain belajar ada hal lain yang tidak akan berhenti sampai situ, yaitu perkembangan manusia. Dalam proses perkembangannya setiap orang perlu untuk belajar. Perlu, bukan ingin.

“Jadi seharusnya belajar itu adalah sebuah kebutuhan, bukan hanya keinginan.”


Ya, itulah makna dan konsep belajar menurut personal saya sendiri. Saya tidak tahu bagaimana konsep dan makna belajar menurut teman-teman lainnya. Mohon maaf bila banyak kekeliruan (cmiiw). Jadi, apa teman-teman setuju dengan konsep di atas atau punya konsep dan makna sendiri?


You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti