Keterangan buku
:
Judul : Islam itu Ramah, Bukan Marah
Penulis : Irfan Amalee
Penerbit : Noura Publishing
Jumlah halaman : 197 halaman
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-602-0989-70-9
“Dalam Al-Quran, memang ada isyarat yang membolehkan
marah dan maju perang. Tapi yang dominan adalah menebar rahmat. Bahkan, misi Rasulullah SAW adalah
menebar keramahan, bukan kemarahan. Menebar kebenaran, kebaikan, dan
kedamaian, bukan
menebar terorisme dan cacian.”
Disclaimer !!! kalo emang bagian atas ngebosenin,
gakpapa gak dibaca, karena emang kita gak bisa menyenangkan semua orang. Tapi tolong
baca bagian agak akhirnya ya, yang tentang isi buku ini. Ini buku yang menurut
aku bagus dan bisa membuka pikiran kita, terutama yang muslim terhadap agamanya
sendiri. Jadi intinya di akhir review ini ku tulis beberapa hal yang mungkin
bisa jadi pelajaran buat kita semua, terutama sobat yang suka dikit-dikit
emosian kalo pas ada kasus-kasus yang berkaitan dengan agama (jangan nethink
sama aku, please). Makasih ya. Salam
Sekilas tentang
Penulis
Irfan Amalee merupakan salah satu alumnus dari
jurusan Tafsir Hadist IAIN Bandung. Ketertarikannya pada topik perdamaian
mendorongnya untuk menerbitkan buku pendidikan perdamaian untuk anak dengan
pendekatan yang menyenangkan. Kiprahnya di dunia media dan perdamaian,
mengantarkannya meraih beberapa penghargaan. Dua diantaranya yaitu ia diberi penghargaan
oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagai UAJY for Multiculturalisme Award.
Selain itu Irfan Amalee juga masuk ke dalam daftar 500 orang Muslim paling
berpengaruh di dunia versi Royal Institue for Islamic Studies Amman Yordania
selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2010 dan 2011.
Tentang Buku
Dalam buku ini, Kang Irfan berhasil membeberkan
potret-potret sosok Muslim yang sebenarnya dan bagaimana seharusnya seorang
Muslim menjalankan kehidupannya dalam keber’agama’annya. Buku ini berisi
potongan-potongan cerita dan tulisan yang sifatnya tidak berurutan. Jadi,
membaca ini bisa dimulai dari bagian mana saja. Buku ini terdapat dua bab
besar, pertama yaitu All about Peace, lalu yang kedua yaitu Character Building.
Dua bagian besar ini memuat beberapa bagian-bagian kecil yang dikerucutkan
topiknya.
Sebagai seorang Muslim yang sangat jauh dari
kata baik, membaca buku ini serasa ditempeleng
karena banyak hal yang dipaparkan di buku ini yang jarang atau tidak pernah aku
lakukan sebagai seorang Muslim. Selepas membaca buku ini, aku bisa memastikan
bahwa keislaman aku baru sampai pada sebuah tulisan di KTP, tidak lebih, bukan,
tapi belum lebih. Meskipun topik yang diangkat adalah topik yang serius --
karena di buku ini Kang Irfan mengangkat masalah akhlak dalam beragama, namun
setiap penjelasan di dalam buku ini sangat tidak terasa seperti sedang
menggurui, pun bahasa yang digunakan juga bukan bahasa ilmiah yang sulit
dimengerti, namun dalam buku ini Kang Irfan menulis dengan percampuran bahasa formal
dan nonformal yang disesuaikan di beberapa bagian dan pada beberapa tulisan
memuat nada bercanda khas Sunda. Jadi, membaca buku ini bukan hanya membuat
pembaca mengernyitkan dahi karena merasa tertampar, tetapi juga membuat tertawa
karena memang beberapa tulisan dibawa dengan gaya humor.
Meskipun buku ini memang menarik, namun buku ini
juga mempunyai sisi kurangnya, yaitu terdapat beberapa kesalahan penulisan kata
dalam buku ini alias typo. Tapi, itu
bukan masalah yang dapat mengganggu pembaca ketika membaca buku ini, karena
meskipun typo, aku tetap bisa
mengerti maksud dari kata tersebut, jadi tetap santuy~
Beberapa hal
menarik dalam isi buku ini
Nah, ini nih bagian yang dari awal bikin aku pengen
ngereview buku ini. Karena meskipun
pake bahasa heureuy (bercanda-red),
tapi buku ini banyak banget pesan-pesan yang menurut aku harus disampaikan ke
teman-teman. Di buku ini, aku bisa ngambil banyak pelajaran agar bisa
pelan-pelan belajar jadi Muslim yang baik, bukan cuman tulisan di KTP aja. Ketika membaca buku ini, banyak bagian yang aku
tandai dengan stick notes karena
banyaknya hal yang “ini nih yang sering w lupa”. Bukunya jadi rame banget sama stick notes, tapi gak serame pasar malem
atau mall pas awal bulan (apaan sih).
Ini dia beberapa pelajaran yang aku dapatkan dari buku ini :
Setiap kejahatan yang menyerang agama kita, baik yang menyerang muslim ataupun agama lain, jangan kita balas lagi dengan kekerasan dan amarah. Karena itu justru membuat orang yang berbuat jahat merasa senang. Aku rasa, setiap agama mengajarkan kedamaian, bukan?
Hinaan tidak membuat yang dihina menjadi hina, tetapi hanya menunjukkan kehinaan pihak yang menghina. Kemuliaan Nabi kita tak seinci pun berkurang dengan hinaan. Kita tak usah panik dengan hinaan. Kita justru harus hati-hati dengan response kita yang mungkin malah membuat Nabi Muhammad terhina oleh ulah umatnya.” (Dikutip dari bagian “5 Sikap yang Seharusnya Kita Lakukan ketika Nabi Kita Dihina”)
Jangan hanya mengenal “Iqra” dengan lafadznya. Tapi coba maknai maksud Iqra itu. Ya, baca. Terdapat pertanyaan menarik yang ditulis penulis dalam bukunya, “Agama kita ajaran pertamanya Iqra, sejarah Islam adalah sejarah literasi, bangsa ini dibangun oleh founding fathers yang cinta buku. Lalu, kenapa Indonesia nomor 63 dari 65 negara dalam hal literasi?” begitu kira-kira
Setiap kejahatan yang menyerang agama kita, baik yang menyerang muslim ataupun agama lain, jangan kita balas lagi dengan kekerasan dan amarah. Karena itu justru membuat orang yang berbuat jahat merasa senang. Aku rasa, setiap agama mengajarkan kedamaian, bukan?
Hinaan tidak membuat yang dihina menjadi hina, tetapi hanya menunjukkan kehinaan pihak yang menghina. Kemuliaan Nabi kita tak seinci pun berkurang dengan hinaan. Kita tak usah panik dengan hinaan. Kita justru harus hati-hati dengan response kita yang mungkin malah membuat Nabi Muhammad terhina oleh ulah umatnya.” (Dikutip dari bagian “5 Sikap yang Seharusnya Kita Lakukan ketika Nabi Kita Dihina”)
Jangan hanya mengenal “Iqra” dengan lafadznya. Tapi coba maknai maksud Iqra itu. Ya, baca. Terdapat pertanyaan menarik yang ditulis penulis dalam bukunya, “Agama kita ajaran pertamanya Iqra, sejarah Islam adalah sejarah literasi, bangsa ini dibangun oleh founding fathers yang cinta buku. Lalu, kenapa Indonesia nomor 63 dari 65 negara dalam hal literasi?” begitu kira-kira
Sebenarnya masih
banyak hal menarik dalam buku ini, tapi nanti jadi terlalu panjang kontennya. Yaudah, itu tadi hasil review aku
untuk buku Islam itu Ramah, Bukan Marah karya Irfan Amalee. Oh iya, buat yang
mau nyari buku ini, kayaknya ada deh di Gramedia kota kesayangan kalian. Kalau
aku dapet buku ini pas ada BBW Bandung 2019. Mungkin kalau gak ada di Gramedia,
bisa jadi ada di toko-toko online. Bisa jadi ya, kalau gak ada jangan marah
sama aku.
Oh iya, tidak
lupa buat bilang (padahal diketik ini), kalau ada yang mau kasih saran atau mau
kasih pendapat tentang tulisan, atau menambahkan tentang isi buku ini, sangat
boleh tulis pendapat kalian di kolom komentar. Terima kasihJ
3.