Ia
masih terduduk, sambil mengingat hari itu, satu tahun yang lalu, 365 hari yang
lalu, saat surat datang, dengan isinya yang seolah berjanji, “Aku besok akan
datang, tunggu aku di tempat biasa.” Sejak itu, perempuan tersebut seolah
mendapat cahaya, “akhirnya...” batinnya dalam hati.
Dan
sejak itu pula, ia mendatangi “tempat biasa” tersebut, tempat mereka biasa
bertemu. Namun, hari ini, sudah satu tahun sejak hari itu ia menunggu.
Dilihatnya lagi surat itu, dan sambil berujar, “seharusnya aku tahu kalau kamu
memang tidak akan datang sejak hari pertama yang katamu adalah besok, kamu
memang tidak akan pernah datang.”
Dengan
berat, ia berdiri dan meninggalkan tempat tersebut. “Besok aku tidak perlu
menunggu, salahku yang selalu percaya kamu pasti akan datang.” Berjalanlah
perempuan itu menuju rumahnya, meninggalkan kecewa bersama janji yang ada dalam
surat itu. Besoknya, perempuan itu tidak datang, tidak akan pernah kembali menunggu.
Di
teras rumahnya ia bersandar dan berkata, “Kemarin, adalah satu tahun yang
sia-sia.” Pukul sembilan pagi, ia masuk ke rumahnya, dengan membawa rasa
kecewanya.