Sepotong Kecewa di Tempat Duduk

October 09, 2020


Sambil menghela napas, perempuan itu duduk di tempat ia biasanya. Hari itu adalah hari ke-365 ia duduk di situ, di jam yang sama. Dengan kantung mata yang sudah menghitam, ia masih menatap pemandangan yang sama, pemandangan kosong tanpa siapapun di hadapannya, menatap surat yang kalau itu adalah makanan mungkin sudah kadaluwarsa.

Ia masih terduduk, sambil mengingat hari itu, satu tahun yang lalu, 365 hari yang lalu, saat surat datang, dengan isinya yang seolah berjanji, “Aku besok akan datang, tunggu aku di tempat biasa.” Sejak itu, perempuan tersebut seolah mendapat cahaya, “akhirnya...” batinnya dalam hati.

Dan sejak itu pula, ia mendatangi “tempat biasa” tersebut, tempat mereka biasa bertemu. Namun, hari ini, sudah satu tahun sejak hari itu ia menunggu. Dilihatnya lagi surat itu, dan sambil berujar, “seharusnya aku tahu kalau kamu memang tidak akan datang sejak hari pertama yang katamu adalah besok, kamu memang tidak akan pernah datang.”

Dengan berat, ia berdiri dan meninggalkan tempat tersebut. “Besok aku tidak perlu menunggu, salahku yang selalu percaya kamu pasti akan datang.” Berjalanlah perempuan itu menuju rumahnya, meninggalkan kecewa bersama janji yang ada dalam surat itu. Besoknya, perempuan itu tidak datang, tidak akan pernah kembali menunggu.

Di teras rumahnya ia bersandar dan berkata, “Kemarin, adalah satu tahun yang sia-sia.” Pukul sembilan pagi, ia masuk ke rumahnya, dengan membawa rasa kecewanya.

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti