Mau cari referensi buku? Kunjungi akun-akun instagram ini

September 23, 2020


Halo semuanya!

Setelah hampir satu bulan gak nulis di blog, akhirnya aku mulai nulis lagi. Di tulisan ini, aku cuman mau membagikan hal yang biasa aku lakukan sebelum beli buku. Topik ini aku tulis karena berdasarkan pengalaman aku dalam membeli buku yang kadang-kadang menyesal setelahnya karena ternyata isi bukunya gak sesuai dengan ekspetasi (emang harusnya gak berekspetasi, sih). Dari sana, aku mulai lebih selektif dan gak haus mata dalam membeli buku. Lihat cover bagus dikit, pengen; lihat orang-orang banyak yang beli, pengen juga. Pas beli malah taunya nyesel karena ternyata ini bukan selera kita.

Karena hal itu, aku mulai melakukan beberapa hal sebelum beli buku, salah satunya dengan melihat ulasan-ulasan dari buku tersebut. Setiap pengen beli buku A, sebelumnya pasti aku ngulik-ngulik ulasan buku tersebut di internet. Baca ulasannya pun bukan hanya satu, tapi beberapa ulasan lainnya juga dibaca. Hal ini supaya aku punya perbandingan pendapat dari beberapa blog.

Selain mencari ulasannya di internet, aku juga mengunduh aplikasi Goodreads, yang berisi ulasan-ulasan buku dari akun-akun yang tergabung dalam Goodreads. Informasi tambahan: Goodreads juga bisa diakses melalui web. Kalau sudah baca ulasan-ulasan dari buku yang kita pengen, setidaknya kita punya gambaran yang lebih banyak tentang buku tersebut, jadi gak asal beli yang berujung penyesalan.

Itu tadi kalau kita sudah punya rencana buku A yang dibeli, nah gimana kalau belum punya rencana tapi pengen nyari-nyari referensi buku?

Untuk nyari referensi buku sebenarnya bukan hal sulit karena ada banyak aksesnya, salah satunya adalah media sosial Instagram. Biasanya aku mendapat referensi dari akun-akun Instagram yang memang rutin membahas soal buku, akun-akun ini biasanya disebut sebagai akun bookstagram. Beberapa akun Instagram yang aku follow untuk mendapatkan referensi buku atau sekedar ulasan buku, diantaranya adalalah:

1. Post Santa (@post_santa)

Post Santa ini sebenarnya adalah salah satu toko buku yang terdapat di Pasar Santa. Lewat akun Instagramnya, Post Santa menjual buku-buku yang mempunya edisi-edisi terbatas. Selain itu, yang unik dari Post Santa adalah buku-buku yang disediakan  kebanyakan jarang tersedia di toko buku lain. Jadi biasanya kalau mau tahu ada buku apa aja di Post Santa saat itu, kalian bisa mengecek akunnya terlebih dahulu.

2. Grisselda Nihardja (@imgriss)

Sebagai salah satu bookstagrammer, akun ini juga rutin memberikan ulasan-ulasan buku yang sudah atau sedang ia baca. Buku-buku yang diulas kebanyakan adalah buku berbahasa Inggris. Jadi mungkin ini bisa jadi referensi temen-temen yang mau belajar bahasa Inggris melalui buku. Oiya, ia juga beberapa kali membagikan tips dalam journaling, mulai dari tools-nya, sampai konten-konten dalam jurnal hariannya.

View this post on Instagram

"If you ask me, we're living in an age of too much introspection and too little outrospection. A better world doesn't begin with me, but with all of us, and our main task is to build different institutions." - #RutgerBregman Humankind bukan tipe buku yg akan saya otomatis pilih dalam sekali lihat. Pertama, saya nggak tahu penulisnya. Kedua, exposure bukunya nggak banyak yang sampai ke saya (Dari ratusan akun yg saya follow, hanya @devinayo, dan @periplusid yang “meracuni”. Terima kasih!). Penulisnya adalah sejarawan asal Belanda. Dia bilang ide dari buku ini sangat radikal: "That most people, deep down, are pretty decent." Sebenarnya, manusia itu baik. Penulis menyusun buku ini dengan mengulik dan memeriksa berbagai macam penelitian dan kisah nyata. Nggak sedikit jg saya terkecoh krn terburu2 menyimpulkan sesuatu, yg lgs di-counter di akhir babnya😅 Momen munculnya buku ini di situasi pandemi juga rasanya kok ya pas. Di saat sebagian mulai gemas dgn sikap ignoran yang makin bertebaran, maupun dari sisi pihak yg serba salah dan jadi panas krn tiap melakukan sesuatu kok ada aja yg nyinyirin. Ada beberapa teori psikologi dan informasi yang baru saya tahu dari buku ini. The power of expectation, placebo & nocebo effect, pygmalion & golem effect, apa hubungannya dengan perilaku dan keputusan yg manusia ambil, sampai ke argumen tentang empati yg bikin saya keselek pas bacanya. (Wah, ini beda lagi!). Mengubah pola pikir supaya lebih positif dan jadi lebih percaya ke orang lain jelas nggak semudah membaca, tp argumen kalau manusia baik yg dibawa di buku ini menawarkan alternatif lain yg sdh terbukti dan bisa diadaptasi. Ada bukti kalau manusia2 baik itu bisa mengubah sejarah. Dan kebaikan itu menular karena setelan manusia yang suka meniru sesamanya. Ingat nggak bbrp bulan yg lalu sempat booming beliin bapak dan ibu ojol makanan pas pakai layanan food delivery? Contoh perbuatan baik, disebarkan, dan menular ke yg lain. Rantainya selalu bisa dimulai dari lingkaran terdekat yg dipunya. Kalau tertarik dgn ide dari buku ini, juga mau tahu lebih byk ttg teori2 psikologi dan cerita sejarah, #Humankind menarik sekali untuk dibaca 👍🏻 #whatsongrisshelf

A post shared by Grisselda Nihardja (@imgriss) on

3. Ardista’s Reading Log (@qualiaetlogica)

Kalau kalian mau mencari referensi buku-buku nonfiksi atau buku-buku fiksi yang berbau filosofi, akun ini bisa jadi bahan referensi kalian. Konten-konten yang dimuat dalam buku ini terdiri dari ulasan, rangkuman, sampai pembahasan mengenai buku-buku yang ia sudah baca, tentunya kebanyakan adalah nonfiksi.

View this post on Instagram

How do you cope with being alone? A stimulating book for this quarantine! It’s based on how Americans can get antidepressants easily and treat depression ONLY with medicine. Part I has an undercover journalism vibe that reveals how bad the situation is. Words like "We don’t know what a chemically balanced brain would look like" makes me think. Is it real then? . That being said I’m not surprised since I watched a documentary about parents who drug their children with Adderall to be blue-sky wunderkinds. Also, it’s an open secret that pharmacy and agriculture are the scariest industry. There are 7 disconnections mentioned in Part II, such as disconnection from meaningful work, other people, and secure future (see pic). Keywords: junk values, mental pollution. The other 2 reasons are related to the role of genes and neuroplasticity. Overall, it offers an insightful explanation, but there’s a big problem. I don’t think that this book is about clinical depression. Maybe dysthymia can fit, but mostly it’s about loneliness that causes stress, unhappiness, and anxieties. It’s equally important since we consider it as epidemic today. Well, the UK has a Minister of Loneliness. IMO, he oversimplified the term depression—or is it that simple to get diagnosed in the US? Probably. On the other hand, I know how cruel depression that was rooted in a deep trauma is (ex. portrayal in Hill House, Babadook, Us, Sharp Objects). We can't erase it, but we can manage it. At least he discussed about childhood trauma although briefly. I agree with his concern, but I’m upset that he missed the opportunity to educate the public about therapy. That’s the most helpful: facing the root of your depression, whatever it might be. This is not a first-aid for a depressed person, but rather an aftercare to keep you stable. The best natural solution according to him? Meditation and regular sex. Oh my, there'll be a time when ‘you should meditate’ is equivalent as ‘you should pray more.’ Thoughts on spiritual bypassing? . Rate: 3.8/5 Level: Medium-easy (321 pages) Genre: #nfbchealing . #Nonfiction #Nonfictionbooks #LostConnections #JohannHari #bdloves

A post shared by Ardista's Reading Log (@qualiaetlogica) on

4. Sintia Astarina (@sintiawithbooks)

Kalau di akun ini, kalian bisa mendapatkan referensi buku-buku yang cukup beragam, mulai dari komik, kumpulan puisi, novel, sampai nonfiksi pun ada. Jadi kalau kalian cukup random dalam membaca buku dan mau coba eksplor beberapa genre, kalian bisa lihat referensinya dari akun Kak Sintia ini. Selain ulasan buku-buku tersebut, di akun ini juga terdapat beberapa insight seputar dunia perbukuan, media sosial, dan literasi.

5. Buibu Baca Buku Book Club (@bbbbookclub)

Buibu Baca Buku Book Club atau bisa disingkat menjadi BBBBC ini merupakan klub buku untuk perempuan Indonesia, khususnya untuk para ibu yang di sini sebutannya menjadi “Buibu”. Walau demikian, tapi siapa saja bebas untuk mengikuti akunnya. Seperti namanya, di akun ini banyak referensi buku-buku tentang parenting, tapi bukan berarti gak ada bahan referensi buku tentang yang lain. Selain referensi buku-buku, akhir-akhir ini akun @bbbbookclub mengadakan sesi live Instagram yang diantaranya membahas tentang menumbuhkan minat baca pada anak, serta ada juga pembahasan lain, yang tentunyavideo live tersebut dimasukkan ke dalam feed, jadi teman-teman tidak perlu khawatir ketinggalan sesi live tersebut.

View this post on Instagram

Masih tipis-tipis mau membahas soal STEAM, kebetulan ada buku yang menarik seputar alam, pengamatan dan pembelajaran bagi anak. Buku ini diulas dengan sangat ciamik oleh @hphapsari 😊 Terima kasih sudah berbagi ya 😁 . #Repost @hphapsari • • • • • • Nature needs to be integral to children in everyday life. Children who regularly play in nature show heightened motor control such as balance, coordination, and agility. Moreover, children who play freely and frequently in wild nature nearby their home will allow them to recognize both independence and interdependence. Spending abundant time for playing outdoors for children makes them more likely to grow up with a strong attachment to a place and environmental ethics 🌼 #bookstagram #reviewbuku #HowToRaiseAWildChild #naturebasedlearning #buibubacabuku #reviewbukubbw

A post shared by Buibu Baca Buku Book Club (@bbbbookclub) on

---

Nah, kira-kira itulah hal yang biasa aku lakukan sebelum beli buku dan juga beberapa akun Instagram yang memuat referensi buku-buku yang mungkin bisa bantu kamu ketika pengen beli buku tapi bingung kira-kira buku apa yang harus dibeli. Sebenarnya ada akun-akun Instagram lainnya yang sering memberikan referensi buku. Jadi kalau teman-teman penasaran tentang akun-akun lain tersebut, sila dicari dan diulik oleh teman-teman.

Segitu dulu buat bahasan kali ini, terima kasih untuk yang sudah membaca sampai akhir, semoga bermanfaat, ya. Oiya, kalau teman kalian suka tentang dunia perbukuan, boleh lah teman kalian “diracun” alias di-share tentang ini, hehehe.

Sekian dulu, kita ketemu di cuap-cuap berikutnya (semoga gak mager, haha), jangan lupa jaga kesehatan.

Cheers!

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti