Tentang 2019

January 22, 2020


Hallo semuanya!

Setelah lama gak nulis, akhirnya hari ini aku mulai menulis lagi. Kemarin-kemarin mungkin memang sempat mem-publish beberapa tulisan berbahasa Inggris, tapi tulisan-tulisan tersebut diperuntukkan untuk tugas salah satu mata kuliah saja, tapi silakan kalau kalian mau membacanya di sini, hihi.

Kali ini, tulisannya agak menyerempet ke cerita dan sharing-sharing seputar kehidupan, perasaan, pikiran, dan pelajaran yang didapat belakangan ini, terutama tahun 2019. Mungkin bisa dibilang kalau tulisan ini adalah kilas balik 2019, tapi bisa juga engga, karena memang tidak akan menjelaskan secara detail kejadian-kejadian yang kualami di tahun 2019.

Sebenarnya mau menulis hal ini di awal tahun, tapi baru jodoh dengan waktunya sekarang, jadi yaudahlah, nulis aja walau (agak) terlambat, sekalian mengeluarkan uneg-uneg, hihi.

Tahun 2019 adalah tahun yang nano-nano bagi aku, karena di tahun 2019 banyak hal-hal terjadi di luar ekspetasi. Masih ingat betul waktu aku memulai tahun 2019 yang penuh dengan resolusi, tapi ya pas akhir tahun sadar kalau resolusi yang sudah dibuat hanya jadi pajangan aja.

Tahun 2019 jadi tahun pertama aku untuk memberanikan diri ‘keluar’ dari kenyamanan dan mulai berani untuk menceritakan hal yang selama ini sepertinya belum aku ceritakan ke siapapun. Di tahun ini juga aku baru pertama kalinya merasakan anxiety dan kekecewaan yang keduanya sedikit parah kadarnya. Tapi, gak ku pungkiri kalau tahun 2019 kemarin juga banyak hal-hal baik yang datang tanpa memberikan aba-aba, kaget, tapi membahagiakan. Semua kejadian-kejadian itu memberikan pelajaran dan pengalaman hidup, dan aku rasa penting buat aku ingat. Kalau dicatat takut hilang – karena memang aku pelupa:), sedangkan kalau di-publish di blog lebih aman secara keberadaan karena akan ada jejak digitalnya di sini. Penting untuk diingat oleh diri sendiri, karena sebagai alarm atau pengingat di tengah jalan untuk melanjutkan perjalanan selanjutnya.

Ini dia beberapa pelajaran yang aku dapat di tahun 2019, as a reminder saja:

Cerita, kalau itu melegakan. Seperti yang aku tulis di awal, bahwa di tahun 2019 adalah tahun pertama aku bercerita tentang apa yang belum pernah aku ceritakan ke siapapun. Awalnya memang meragukan, karena takut gak siap. Benar, belum memulai cerita pun aku sudah nangis, hehe. Tapi ternyata setelahnya itu benar-benar melegakan. Apa yang ditahan dan dipendam sejak dulu, bahkan sejak kecil bisa tercurahkan. Yang selama ini hanya dipendam sendiri dan jadi bahan tangisan hampir setiap malam menjelang tidur. Mulai hari itu, sejak bercerita, hati lebih tenang dan menerima, menerima keadaan yang ada, yang dulu hanya menjadi tangisan. Juga dengan bercerita, kita terkadang bisa menemukan solusi. Jika masalah yang kita hadapi memang buntu, setidaknya kita bisa menerima. Melalui penerimaan diri dan keadaan memang akan membuat hidup terasa lebih mudah. Terima kasih kepada seorang teman, atau sahabat, oh bahkan aku menganggapnya keluarga, yang sudah mendengar cerita pahit yang memang baru berani aku ceritakan saat itu. Aku (lebih) tenang sekarang.

Kalau itu jalan baik, teruskan walau gak ada kawan. Beberapa kali aku mencoba untuk pergi sendirian. Walau tau nanti pasti bakal awkward bertemu orang-orang baru, tapi gakpapa, aku rasa setiap manusia harus mencobanya, mencoba bersosialisasi, walau hal itu bukanlah hal yang mudah untuk semua orang. Sebenarnya, kebiasaan pergi sendiri ini sudah aku lakukan sejak SMA. Waktu itu belum terlalu sering sendiri, karena masih merasa takut. Tapi sekarang, rasanya lebih nyaman untuk pergi ke mana-mana sendiri, karena merasa lebih bebas dalam meng-explore sesuatu hal. Bahkan ada beberapa event seminar atau sebagainya yang aku sendiri pergi ke sana. “Kok gak sama temen? Gak punya temen?” sorry to say, kenapa kita harus selalu bergantung ke teman, ya?! 

Beberapa kali aku mengajak teman untuk ikut, namun tidak ada yang mau, dan itu bukan masalah, sama sekali bukan. Aku menghargai bahwa setiap orang mempunyai preferensi untuk menghabiskan waktunya untuk melakukan hal apapun, kalau teman-teman kamu gak mau, lantas apa kamu harus berhenti? Tentu enggak dong, jalan terus aja, karena supaya kita belajar bahwa kehidupan dan bagian terkecil darinya, yaitu aktivitas kita tidak harus bahkan jangan sampai selalu bergantung dengan bagaimana seseorang, salah satu contohnya bagaimana teman. “lo besok dateng gak ke workshop?” “lo besok dateng gak ke konser?” // “hm, gak tau deh, gue pengen sih, tapi gue ajak temen gue dulu, kalo gak ada yang mau, gue gak jadi ikut deh.” Well, dulu ku sering begitu. Tapi kalau dipikir-pikir, sudah berapa banyak kesempatan baik dan berapa banyak hal-hal yang aku ingin lakukan namun harus aku tunda bahkan batalkan hanya karena “gak ada temen”. Rugi ternyata. Makanya mulai tahun 2019 kemarin memang benar-benar jadi tahun untuk proses belajar.

Ya, itu hanya sebagian kecil pelajaran yang aku dapat di tahun 2019. Sebenarnya masih banyak hal lain, dan sepertinya akan berlanjut di tulisan selanjutnya (ditunggu, ya. Semoga gak lama, hehe). Terima kasih kepada yang sudah membaca, kalau ada hal yang sama boleh di-share di kolom komentar, dengan senang hati membacanya.

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti