Disindir-sindir oleh Cak Dhalom dalam buku Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya

May 05, 2022

 


“Mat, sesuatu yang diwajibkan adalah sesuatu yang manusia tidak suka mengerjakannya. Kalau manusia suka melakukannya, untuk apa diwajibkan, Mat?”  Begitulah kata Cak Dhalom kepada Mat Piti ketika membicarakan soal puasa (halaman 6).

Mengawali tulisanku yang pertama di tahun ini dengan menulis tentang buku. Buku yang akan aku bahas adalah buku Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya karya Rusdi Mathari yang pertama terbit di tahun 2016, sedangkan buku yang aku punya merupakan cetakan ketujuh yang terbit di tahun 2020.

Buku ini merupakan buku tentang agama pertama yang membuat aku banyak ketawa. Gaulnya, sense of humor-nya relate sekali dan feel-nya pun ada. Kalau kalian mau baca buku ini tapi takut menghadapi kenyataan buku ini tebal, kalian berarti aman, hehe. Hal ini karena buku ini terbilang tidak terlalu tebal dan hanya dengan 224 halaman (halaman, lho… bukan lembar). Selain itu, topik yang dibahas pun tidak menggunakan bahasa yang akademik, alias hanya menggunakan bahasa sehari-hari. Lagipula, kalau buku ini menggunakan bahasa yang akademik, menurutku tidak akan pas karena isi dari buku ini adalah cerita. Ya, cerita.


Buku ini tidak akan menjabarkan dalil-dalil yang biasanya kita temukan di buku agama. Nah, gimana, dong?

Dalam buku ini, hal yang disajikan adalah bentuk cerita yang mengangkat hal-hal yang berhubungan dengan agama, terutama agama Islam, yang biasanya terjadi di masyarakat. Jadi, bisa dibilang buku ini adalah buku yang merakyat untuk pembacanya. Latar dalam buku ini adalah di sebuah desa di Madura dan kejadian-kejadian dalam cerita-ceritanya terjadi di bulan Ramadan. Maka dari itu, judul bab dalam buku ini yaitu Ramadan Pertama dan Ramadan Kedua. Dari dua bab itu, masing-masing bab berisi beberapa judul cerita yang bisa dibaca terpisah atau bersambung dari awal (tapi lebih enak kalau berurutan dari awal). Dalam setiap ceritanya, selalu ada satu pembahasan utama yang akan diangkat oleh penulis melalui lakon-lakon utama dari cerita ini, yaitu Cak Dhalom, Mat Piti, dan Romlah (anak dari Mat Piti).

Menurutku, hal-hal yang disampaikan dalam cerita-cerita di buku ini sangat manusiawi. Penggambaran bagaimana sikap kita dalam beragama tidak digambarkan supaya kita menjadi manusia yang senantiasa selalu senang dalam beribadah. Bukan berarti kita disuruh malas atau tidak senang dalam beribadah, tapi hal yang mau ditekankan oleh tokoh Cak Dhalom adalah kita yang tidak seharusnya berpura-pura suka atau senang untuk ibadah. Kalau tidak suka, jujur saja pada Allah kalau kita tidak suka puasa, misalnya, tapi kita akan berusaha untuk tetap taat dan ikhlas dalam menjalankan ibadah tersebut. Secara keseluruhan, nilai atau pesan yang ingin disampaikan oleh tokoh Cak Dhalom dan tokoh lainnya itu sangat sederhana.


Di balik tingkah aneh tokoh Cak Dhalom dalam buku ini, selalu ada nilai atau pesan tentang beragama yang dia sampaikan. Kalau kalian mau tau pesan-pesan sederhana dalam buku ini, silakan baca, ya. Juga, kalau kalian mau belajar agama dengan yang ringan-ringan, buku ini mungkin cocok untuk kalian (balik lagi tergantung preferensi kalian, ya).

Semoga kalian berjodoh dengan buku ini. Sekian tulisan tentang buku kali ini, semoga akan ada lagi dan tidak sampai tahun depan gara-gara aku yang tidak konsisten nulis dan baca, hehe.

Cheers!

 


You Might Also Like

2 Comments

  1. Kok bisa sih kak nulis review buku yang singkat tp bagus, bikin penasaran sm isi bukunya dan pengen beli. Maksudnya, kaya tulisan yang 'menjual' gtu hehe, nice review!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih sudah baca reviewkuu. buku ini memang worth to be bought sih menurutku, gass langsung beli kak, hehe.

      Delete

Popular Posts

@silvyabudiharti