Buku yang pengantar pertamanya
ditulis oleh Noer Fauzi Rachman (Anggota Dewan Pendidikan Indonesian Society
for Social Transformation) dan dibuka dengan cuplikan sajak Seonggok Jagung
karya WS.Rendra (1996) yang menceritakan tentang pendidikan yang telah
memisahkan kita dengan kehidupan. Cuplikan sajak yang sangat mewakili isi buku
ini.
Di buku ini, kita akan diajak
untuk menyelami kenyataan-kenyataan pendidikan di Indonesia yang ternyata
menjauhkan kita dari kehidupan nyata. Semua yang terlalu palsu untuk
ditampilkan dan pendidikan yang tidak benar-benar tulus, sedang sekolah yang
hanya dijadikan komoditi belaka.
Di bagian pertama, kita akan
menyusuri kenyataan-kenyataan pendidikan kita seperti yang disebutkan
sebelumnya serta kritik-kritik halus untuk pendidikan di Indonesia saat ini. Beberapa
kali penulis tidak mengkritik melalui tulisan, tapi juga gambar.
Di bagian kedua, barulah kita
diperkenalkan dengan sekolah yang membentuk kurikulum sekolahnya secara mandiri
di luar kurikulum nasional. Sekolah itu bernama SALAM (Sanggar Anak Alam) yang
diinisiasikan oleh Ibu Wahya (Sri Wahyaningsih) dan Pak Toto (Toto Rahardjo).
SALAM, adalah sebuah sekolah di Nitiprayan, Bantul, Yogyakarta yang sangat
memerdekakan muridnya. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan dengan berbasis
riset yang akan dilakukan oleh murid-muridnya. Pelajaran yang diselenggarakan
pun diajarkan secara implisit melalui riset-riset yang dilakukan para murid di
sana. Setiap murid bebas memilih topik yang akan menjadi bahan riset mereka
untuk setahun pelajaran yang nantinya di akhir akan dipresentasikan oleh
murid-murid di sana yang disaksikan oleh guru, para orang tua murid, serta
murid-murid lainnya. Sebuah sekolah yang berusaha mendekatkan murid-muridnya pada
kehidupan sosial mereka.
Lalu, di bagian kedua juga kita
akan disuguhkan dengan contoh-contoh riset yang dilakukan oleh murid-murid di
sana, yang ternyata topik risetnya pun diambil dari hal-hal terdekat murid dan
berdasarkan hal yang mereka sukai, sehingga murid tidak merasa kalau mereka
sebenarnya sedang melakukan riset.
Membaca ini, membuat kita
berharap bahwa pendidikan kita suatu saat akan berubah menjadi lebih baik;
memerdekakan muridnya dan mengedepankan kolaborasi bukan kompetisi. Dengan membaca
ini pula, kita akan menyadari (apalagi yang udah lulus SMA), kalau pendidikan
yang kita jalani selama ini ternyata telah menjauhkan kita dari kehidupan murid
sebagai manusia dan sekolah yang dijadikan sebagai ladang bisnis oleh
oknum-oknum tertentu.
Nah, itulah sedikit ulasan buku
Sekolah Biasa Saja karya Toto Rahardjo. Aku berharap, sehabis membaca buku ini
teman-teman akan lebih sadar bahwa pendidikan kita tidak baik-baik saja,
mungkin tenang di permukaan, tapi tidak di dasarnya. Sangat merekomendasikan
buku ini untuk teman-teman yang memang ingin mencari buku soal pendidikan yang mengulik
kurikulum-kurikulum sekolah yang unik, tapi tetap ringan untuk dibaca.
Terima kasih 🌻🌻🌻