Sekolah Biasa Saja karya Toto Rahardjo

February 22, 2020





Buku yang pengantar pertamanya ditulis oleh Noer Fauzi Rachman (Anggota Dewan Pendidikan Indonesian Society for Social Transformation) dan dibuka dengan cuplikan sajak Seonggok Jagung karya WS.Rendra (1996) yang menceritakan tentang pendidikan yang telah memisahkan kita dengan kehidupan. Cuplikan sajak yang sangat mewakili isi buku ini.

Di buku ini, kita akan diajak untuk menyelami kenyataan-kenyataan pendidikan di Indonesia yang ternyata menjauhkan kita dari kehidupan nyata. Semua yang terlalu palsu untuk ditampilkan dan pendidikan yang tidak benar-benar tulus, sedang sekolah yang hanya dijadikan komoditi belaka.

Di bagian pertama, kita akan menyusuri kenyataan-kenyataan pendidikan kita seperti yang disebutkan sebelumnya serta kritik-kritik halus untuk pendidikan di Indonesia saat ini. Beberapa kali penulis tidak mengkritik melalui tulisan, tapi juga gambar.


Di bagian kedua, barulah kita diperkenalkan dengan sekolah yang membentuk kurikulum sekolahnya secara mandiri di luar kurikulum nasional. Sekolah itu bernama SALAM (Sanggar Anak Alam) yang diinisiasikan oleh Ibu Wahya (Sri Wahyaningsih) dan Pak Toto (Toto Rahardjo). SALAM, adalah sebuah sekolah di Nitiprayan, Bantul, Yogyakarta yang sangat memerdekakan muridnya. Sekolah ini menyelenggarakan pendidikan dengan berbasis riset yang akan dilakukan oleh murid-muridnya. Pelajaran yang diselenggarakan pun diajarkan secara implisit melalui riset-riset yang dilakukan para murid di sana. Setiap murid bebas memilih topik yang akan menjadi bahan riset mereka untuk setahun pelajaran yang nantinya di akhir akan dipresentasikan oleh murid-murid di sana yang disaksikan oleh guru, para orang tua murid, serta murid-murid lainnya. Sebuah sekolah yang berusaha mendekatkan murid-muridnya pada kehidupan sosial mereka.



Lalu, di bagian kedua juga kita akan disuguhkan dengan contoh-contoh riset yang dilakukan oleh murid-murid di sana, yang ternyata topik risetnya pun diambil dari hal-hal terdekat murid dan berdasarkan hal yang mereka sukai, sehingga murid tidak merasa kalau mereka sebenarnya sedang melakukan riset.


Membaca ini, membuat kita berharap bahwa pendidikan kita suatu saat akan berubah menjadi lebih baik; memerdekakan muridnya dan mengedepankan kolaborasi bukan kompetisi. Dengan membaca ini pula, kita akan menyadari (apalagi yang udah lulus SMA), kalau pendidikan yang kita jalani selama ini ternyata telah menjauhkan kita dari kehidupan murid sebagai manusia dan sekolah yang dijadikan sebagai ladang bisnis oleh oknum-oknum tertentu.





Nah, itulah sedikit ulasan buku Sekolah Biasa Saja karya Toto Rahardjo. Aku berharap, sehabis membaca buku ini teman-teman akan lebih sadar bahwa pendidikan kita tidak baik-baik saja, mungkin tenang di permukaan, tapi tidak di dasarnya. Sangat merekomendasikan buku ini untuk teman-teman yang memang ingin mencari buku soal pendidikan yang mengulik kurikulum-kurikulum sekolah yang unik, tapi tetap ringan untuk dibaca.


Terima kasih 🌻🌻🌻

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti