Berhenti Jadi People Pleaser, Gak Semua Hal Harus Di-iyain

July 19, 2020




Apa kamu people pleaser?

“Mmm, aku boleh minta tolong anterin ke sini gak?” “Okeee, yuk.” Padahal kamu juga lagi sibuk sebenernya, tapi gak enak aja.

“Aku boleh minjem uang dulu, gak? Ntar besok diganti.” “Oh, yaudah, nih. Pake aja.” Padahal uang kamu juga lagi gak berlebih dan sebenernya butuh juga, tapi ya gak enak aja.

Pernah ngalamin hal kayak gitu? Kayaknya hampir semua orang pernah ada di posisi itu, posisi “gak enakan” sama orang, termasuk aku sendiri. Beberapa kali terjebak di posisi itu, ngerasa serba salah, mau nolak ya gak enak, tapi di-iyain juga gak enak dan sering gak ikhlas atau tulus buat ngelakuinnya. Walau ujung-ujungnya I said yes, again, and again.

Sampai akhirnya menemukan pembahasan soal ini, masalah “gak enakan”. Apa yang membuat kita gak bisa bilang “No, I’m sorry”. Then how to overcome it(?), how to stop thinking like, “apakah gue jahat kalo bilang engga dan menolak?”

At the end, itu semua ternyata balik ke diri kita. Ya, kunci buat menghentikan mata rantai gak enakan ini ada di diri kita masing-masing, we should handle it by ourselves. Apakah kita udah membuat batasan? Sampai sejauh mana kita bilang ya, dan sejauh mana kita bilang engga. Hal-hal sepele kayak gitu yang jarang jadi concern kita di hidup.

Jadi, jawaban atas pertanyaan how and how di paragraf sebelumnya ya satu: boundaries (batasan). Buat ngelakuin itu, kita harus buat batasan, sejauh mana orang bisa meminta apa-apa dari kita. Singkatnya, kalau orang meminta sesuatu dari kita, entah itu material atau bantuan, kita gak harus selalu bilang “iya”. Lakukanlah kalau emang mau dan sanggup.

“tapi ntar dia ngira kita marah.”
“tapi ntar kalo dia tersinggung, gimana?”

Tapi-tapi di atas itu bukan tanggung jawab kita. Kebahagiaan dan kesedihan orang bukan tanggung jawab kita, karena itu di luar kontrol kita. Termasuk ketersinggungan orang lain terhadap kita itu bukan tanggung jawab kita.

Makanya, kesadaran diri juga penting buat tau sebenernya nilai apa yang kita amini dalam hidup. Dengan begitu kita juga punya batasan ke diri kita sendiri buat melakukan hal yang sesuai dengan value kita. Ada pemungutan suara atau pendapat dan cuman setuju-setuju aja tanpa mikirin gimana pendapat tersebut, apakah sesuai sama value kita, asal itu suara terbanyak lalu kita harus setuju begitu aja? Engga, bukan menentang, tapi coba ungkapin apa yang ada di benak dan pemikiran kita.

Hal ini penting, karena kalau kita terus-terusan mengiyakan ajakan dan permintaan orang lain, dan selalu setuju dengan opini-opini orang lain tanpa peduli gimana nilai-nilai hidup kita, maka hidup kita akan terus-terusan dikendalikan oleh hal-hal tersebut, yang akhirnya bikin kita kehilangan self-control dan hidup tanpa batasan, istilahnya mencla-mencle.

Jadi, mulailah dari sekarang hidup dengan nilai-nilai kita. Kalau belum tau nilai-nilai hidup kita, coba sesekali buat mikirin hal tersebut. Gak enak kalau hidup harus terbebani dengan beban menjaga perasaan orang lain. Mulai berani bilang engga buat hal-hal yang emang gak mau kamu lakukan. Ngapain repot-repot memikirkan perasaan orang kalau kamu sendiri belum peduli sama perasaan kamu. Gak perlu berusaha buat bikin orang-orang di sekitar kita selalu suka atau senang dengan kehadiran kamu atau hal yang kamu lakukan, gak perlu, karena itu gak mungkin. Gak mungkin semua orang bisa selalu suka dengan apa yang yang kita lakukan.

Gak perlu buru-buru, coba pelan-pelan. Mulai berani bilang engga, mulai berani buat angkat tangan dan menyuarakan pendapat kamu. Semua emang gak gampang, makanya semuanya itu butuh belajar, termasuk hal ini.

Sebenernya aku sendiri pun agak menyesal karena baru tau istilah dan konsep people pleaser ini sekarang-sekarang. Dulu, kayaknya aku bener-bener people pleaser, super gak enak kalo nolak dan bilang engga, tapi sebenernya juga gak mau ngeiyain, ya gak enak aja dan bingung gimana nolaknya.
Dulu bahkan sempet berpikir kalau bilang engga atau menolak sesuatu itu gak baik, ternyata.. ya itu hal yang biasa dan wajar. Daripada capek batin sendiri, ternyata bilang engga bisa ngurangin rasa capek batin yang dirasain dan bantu menghindarkan kita dari perasaan sakit hati.

Awal-awal nyoba buat bilang engga emang bikin kepikiran, kira-kira orang itu marah atau engga ya. Sampe akhirnya udah biasa dan gak terlalu kepikiran, sekalinya kepikiran pun itu selewat aja karena ternyata hal itu udah lewat aja dan gak terlalu berarti apa-apa atau ganggu banget. Yang mengganggu cuman asumsi dan pikiran kita aja.

Mulailah peduli sama hidup kamu sendiri, bukan egois, tapi menyelamatkan perasaan kamu, karena itu yang bisa kamu kontrol, bukan perasaan orang lain.

Terima kasih sudah membaca, kita semua jalan bareng, ya, buat belajar.
Cheers!

You Might Also Like

1 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti