Indonesia Tidak Akan Bisa Maju, Sampai Kapanpun
April 17, 2019
Tulisan ini dibuat karena ada satu keresahan.
Mari kita mulai. . .
Hari ini, aku menulis di tanggal 17 April 2019. Tanggalnya
memang tidak istimewa, harinya pun sama tidak istimewanya. Satu keistimewaan di
hari ini adalah momentnya. Ya, tepat
di hari ini PEMILU serentak dilaksanakan di Indonesia. PEMILU kali ini bukan hanya untuk memilih Presiden
dan wakilnya, tetapi ada empat lainnya, yaitu DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten, serta DPD Provinsi. PEMILU tahun ini merupakan suatu acara yang
sangat besar euforianya. Eits, bukan hanya euforianya saja, tapi juga aku lihat
banyak sekali keributan-keributan, perdebatan-perdebatan antar satu sama lain,
baik dunia nyata maupun dunia maya. Tapi, paling banyak di dunia maya sih,
hehe.
Semua orang saling menggunggulkan pilihannya, terlebih
pilihan Capres mereka. Mungkin teman-teman di sana juga tahu kalo yang sering
jadi perdebatan dan sumber perpecahan selama ini adalah mengenai Capres dan
Cawapres yang ada, lebih-lebih jumlahnya dua pula, jadi makin terasa
perpecahannya, kita telah terbagi menjadi dua kubu.
Sebenarnya, terbaginya “kita” menjadi dua kubu
karena bedanya pilihan itu bukan masalah, sama sekali bukan. Semua jadi masalah
karena banyak sekali keributan, perpecahan.
Aku sangat yakin bahwa semua orang di Indonesia pasti
menginginkan Indonesia menjadi negara yang maju. Ah, mungkin terlalu jauh jika
kita menginginkan itu. Tidak usah muluk-muluk, yang penting negara kita ini
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, meski hanya “1 mm” dalam angka. Maka
secara perlahan negara kita ini pasti “maju”.
Saat ini, banyak yang sedang meributkan soal perhitungan
hasil PEMILU yang sedang mengalami keganjalan. Perhitungan yang bisa dikatakan
tidak sinkron. Pihak-pihak pendukung yang merasa dirugikan banyak yang
menumpahkan kekesalannya di media sosial, mulai dari status whatsapp, snapgram, sampai grup-grup chat. Pihak-pihak ini marah, kecewa. Hal
ini bukan masalah, melainkan suatu hal yang sangat wajar. Di sisi lain pun
banyak pihak yang khawatir akan masa depan bangsa ini. Ada seorang teman
berkata “gimana mau maju kalo menangnya aja curang”, dan sebagainya.
Perlu diketahui, seperti di awal, bukan hanya
pihak-pihak tertentu yang menginginkan Indonesia maju, tetapi kita semua,
rakyat Indonesia.
Tapi, Indonesia sebenarnya tidak akan bisa maju.
“Kita” sering marah jika pemimpin kita melakukan
kesalahan. Lagi-lagi hal ini merupakan hal yang sangat wajar.
Tapi, “kita” lupa, bahwa marah-marah saja tidak
cukup untuk membuat Indonesia maju, marah-marah pun belum tentu bisa membuat
pemimpin yang melakukan kesalahan itu berubah 180º menjadi sosok pemimpin yang perfect buat kita.
Mungkin beberapa umat islam di Indonesia saat ini
menginginkan pemimpin yang seperti sosok Nabi Muhammad SAW. Jika sosok seperti
ini yang menjadi pemimpin, siapa yang tidak ingin? Siapa yang tidak suka? Semua
ingin, semua suka.
Tapi lagi-lagi kita lupa, bahwa pada zaman
kepemimpinan Nabi Muhammad SAW yang menjadi rakyatnya adalah Bilal bin Rabbah,
Abu Bakar, Umar bin Khattab, Uwais Alqarni, dsb.
Lalu, jika kita ingin pemimpin selayaknya Nabi
Muhammad SAW, apa kita bisa menjadi seperti rakyatnya beliau? Mungkin saja
bisa, tapi bisa dipastikan itu sangat sulit dan akhirnya kita tidak bisa
menjadi seperti sosok mereka.
Begini, ternyata bukan hanya jodoh yang merupakan
cerminan diri, tapi pemimpin juga. Ya, pemimpin adalah cerminan rakyatnya,
cerminan diri aku, kamu.
Kita ingin
mendapatkan pemimpin yang baik, tapi apakah kita sudah menjadi rakyat yang
baik?
Apakah kita selama ini selalu buang sampah di tong
sampah?
Apa kita selama ini taat sama lampu merah? Gak bablas?
Apa kita selama ini gak nyontek pas ujian? Gak nyari
bocoran soal ke kelas lain?
Apa kita selama ini saling menghargai yang beda
pilihan?
Apa kita selama ini gak pernah punya dendam sama
orang lain?
Apa kita selama ini kalo ngumpul gak ngomogin orang
lain?
Apa kita selama ini selalu menghargai jerih payah
orang tua, bukan berhura-hura?
Apa kita selama ini selalu masuk saat kelas ada? Gak
bolos?
Apa kita selama ini sudah melakukan kewajiban? Kebaikan?
Rasanya, kita sangat kurang melakukan kebaikan, apalagi
kewajiban. Lantas, apakah masih ingin Indonesia menjadi negara maju?
Apakah masih terpikirkan Indonesia bisa jadi negara
maju?
Apa masih mungkin Indonesia jadi negara maju atau
bahkan jadi lebih baik?
Gak mungkin!
*Tulisan ini
merupakan bentuk keresahan diri, pun menjadi self advice, jangan marah-marah melulu, coba tenang dulu, lalu
jawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
Sekian.
2 Comments
Terbaik *love
ReplyDeletemakasih kak udah baca, semoga pesannya tersampaikan
Delete