Ramadhan telah usai... inilah beberapa hal yang harus kita ketahui, dear

June 02, 2019



Waktu berjalan, tak terasa ramadhan hampir usai. Perasaan beraduk, mulai rasa syukur karena masih bisa bertamu dan bertemu, sampai perasaan sedih karena nggak tau apa masih bisa berpapasan dengan bulan ramadhan selanjutnya atau nggak.

Beriringan dengan usainya ramadhan, biasanya mulai muncul pertanyaan  (kalo aku gini gaes, kalian juga gak?). Pertanyaannya, berhasil gak ya ramadhan tahun ini? Menang gak ya? Karena kalo aku kadang suka gak berasa dan gak sadar akan kenikmatan bulan ramadhan, kayak gak dapet “feeling” dari bulan ramadhan itu sendiri, kayak ada sesuatu yang kosong dan tersisa. Sedih banget, di saat orang-orang terlihat khusyuk di bulan ramadhan, sampai nangis-nangis pas idul fitri karena segitu nggak relanya ramadhan pergi, kok ya aku biasa aja, why?!

Tapi, anyway, supaya ramadhan ku kali ini nggak rugi karena tidak melakukan sesuatu, dan biar nggak kosong-kosong banget, aku ingin membagikan sedikit hal tentang apa yang aku dapatkan di bulan ramadhan ini.

Pertama, kebetulan banget pas awal-awal ramadhan aku ngedengerin salah satu tausiah seorang ustadz ketika sholat tarawih, yang isinya kurang lebih begini, “Berhasil atau tidaknya kita di bulan ramadhan itu dilihat setelah bulan ramadhan berakhir, apakah kita tetap rutin atau istiqomah dalam menjalankan ibadah harian seperti yang biasa kita lakukan saat bulan ramadhan; sholat tepat waktu, sholat fardhu berjamaah, menjalankan sholat sunnah, tadarus, dll, dan bukan dilihat ketika bulan ramadhan.”

Nah jadi begitu katanya, ternyata keberhasilan kita di bulan ramadhan itu ditentukan atau dilihat setelah bulan ramadhan berakhir sampai (Insya Allah) kita bertemu lagi dengan bulan ramadhan selanjutnya, apakah ibadah harian yang kita biasakan di bulan ramadhan dapat bertahan sampai akhir atau bahkan akan jadi kebiasaan kita sampai seterusnya. Jika sudah bisa menjadi kebiasaan sampai seterusnya, itulah pertanda bahwa kita berhasil dalam menjalankan ibadah di bulan ramadhan. Jika kita analogikan, bulan ramadhan seperti menjadi sebuah ajang untuk kita berlatih atau training dalam melakukan hal-hal kebaikan dan meningkatkan kualitas ibadah harian kita (hmm, langsung ngaca w).

Yang kedua ini tentang hal-hal yang membuat ibadah puasa kita menjadi sia-sia, yang menurut catatan ku ini ada enam butir atau enam hal; berbohong (kidzib), bergunjing (ghibah), mengadudomba seseorang dengan orang lain (namimah), melakukan sumpah serapah, dan melihat seseorang yang bukan mahram dengan syahwat. Nah, itulah hal-hal yang bisa membuat ibadah puasa kita menjadi sia-sia. Tapi, menurutku hal-hal ini jika dilakukan di luar bulan ramadhan pun bukanlah hal yang baik. Jadi, pada intinya kita harus berusaha untuk tidak melakukan hal-hal ini, baik itu di bulan ramadhan ataupun bukan. Sebisa mungkin kita menghindari hal-hal itu, dear.

Yang ketiga yaitu hikmah berpuasa. Hikmah berpuasa diantaranya yaitu sehat jasmani (raga) ataupun sehat rohani (jiwa). Buat pengetahuan selebihnya, kalian bisa cek di sini

Ya, hal terakhir. Hal terkahir ini nggak berhubungan dengan ibadah puasa, tapi hal ini mungkin adalah hal yang relate dengan kehidupan kita sehari-hari, yaitu tentang masa atau waktu (Al-Asr). Jadi, manusia itu hidup dalam tiga waktu, yaitu masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dari masa lalu, kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran hidup dari segala kealpaan untuk digunakan di masa sekarang agar tidak mengulangi kealpaan itu dan menjadi pribadi yang lebih baik di masa sekarang ataupun masa depan sebagai masa untuk mengejar segala impian dan harapan.

Nah, itulah beberapa hal yang aku dapatkan di bulan ramadhan ini, semoga bermanfaat yaa.  Jika kalian punya cerita-cerita unik ataupun hal-hal yang bisa dibagikan di seputar bulan ramadhan ini, yuk sharing-sharing di kolom komentar, thank you so much.

             #sharingwithlove 💛

You Might Also Like

2 Comments

  1. Sama. Aku ngerasa kosong juga Ramadhan tahun ini. Ibadah ngerasa gak maksimal (walaupun sebenarnya dikerjain). Kayak ada something entah apaan. Apalagi kalau ada moment bukber, harus tergesa-gesa nyari masjid/musholla sebelum isya berkumandang. Karena maghrib mepet banget. Ada moment salah satu bukber dimana pas aku lagi pakai mukena, udah adzan isya. Bener2 ngerasa bersalah banget aku. Bukan bukbernya yg salah, tapi menurutku, konsepnya lah yg harus diubah. Seperti kita sholat maghrib dlu nyari masjid bareng2 dan buka disana (dibukber yg lain, alhamdulillah ku terapkan ini), atau mencari cemilan ringan setelah itu ke musholla sembari menunggu tempat makan tidak penuh lagi, dan cara lainnya yg memungkinkan tidak meninggalkan sholat. Akupun belum baik dalam beribadah, tapi aku beruntung sekali apabila orang disekitarku mendukung cara-cara tersebut dan tidak menghambat. Memang ada sajaa sebuah alasan, tapi semoga lama kelamaan semuanya terbiasa. Dan dari situ, aku bisa memilih. Siapa yg aku akan ajak bukber untuk tahun depan (apabila bertemu lagi). Sekiann..
    .
    .
    Bukannya pilih kasih, memang semakin dewasa, semakin kecil pula circle persahabatan. Dan itu harus menurutku. (dalam catatan, relasi dengan orang baru sebenarnya juga perlu).

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget nih yang tentang bukber. Di satu sisi kita pengen silaturahim sama temen2, tapi kadang bingung juga kalo pas solat gitu, keasikan ngobrol tau2 waktu maghrib dah mau abis aja.

      btw, thank you yaaa udah share pengalaman kamu

      Delete

Popular Posts

@silvyabudiharti