Review Buku Islam itu Ramah, Bukan Marah

August 29, 2019


Keterangan buku :
Judul : Islam itu Ramah, Bukan Marah
Penulis : Irfan Amalee
Penerbit : Noura Publishing
Jumlah halaman : 197 halaman
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-602-0989-70-9
“Dalam Al-Quran, memang ada isyarat yang membolehkan marah dan maju perang. Tapi yang dominan adalah menebar rahmat. Bahkan, misi Rasulullah SAW adalah menebar keramahan, bukan kemarahan. Menebar kebenaran, kebaikan, dan kedamaian, bukan menebar terorisme dan cacian.”

Disclaimer !!! kalo emang bagian atas ngebosenin, gakpapa gak dibaca, karena emang kita gak bisa menyenangkan semua orang. Tapi tolong baca bagian agak akhirnya ya, yang tentang isi buku ini. Ini buku yang menurut aku bagus dan bisa membuka pikiran kita, terutama yang muslim terhadap agamanya sendiri. Jadi intinya di akhir review ini ku tulis beberapa hal yang mungkin bisa jadi pelajaran buat kita semua, terutama sobat yang suka dikit-dikit emosian kalo pas ada kasus-kasus yang berkaitan dengan agama (jangan nethink sama aku, please). Makasih ya. Salam 

Sekilas tentang Penulis
Irfan Amalee merupakan salah satu alumnus dari jurusan Tafsir Hadist IAIN Bandung. Ketertarikannya pada topik perdamaian mendorongnya untuk menerbitkan buku pendidikan perdamaian untuk anak dengan pendekatan yang menyenangkan. Kiprahnya di dunia media dan perdamaian, mengantarkannya meraih beberapa penghargaan. Dua diantaranya yaitu ia diberi penghargaan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta sebagai UAJY for Multiculturalisme Award. Selain itu Irfan Amalee juga masuk ke dalam daftar 500 orang Muslim paling berpengaruh di dunia versi Royal Institue for Islamic Studies Amman Yordania selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2010 dan 2011.



Tentang Buku
Dalam buku ini, Kang Irfan berhasil membeberkan potret-potret sosok Muslim yang sebenarnya dan bagaimana seharusnya seorang Muslim menjalankan kehidupannya dalam keber’agama’annya. Buku ini berisi potongan-potongan cerita dan tulisan yang sifatnya tidak berurutan. Jadi, membaca ini bisa dimulai dari bagian mana saja. Buku ini terdapat dua bab besar, pertama yaitu All about Peace, lalu yang kedua yaitu Character Building. Dua bagian besar ini memuat beberapa bagian-bagian kecil yang dikerucutkan topiknya. 


Sebagai seorang Muslim yang sangat jauh dari kata baik, membaca buku ini serasa ditempeleng karena banyak hal yang dipaparkan di buku ini yang jarang atau tidak pernah aku lakukan sebagai seorang Muslim. Selepas membaca buku ini, aku bisa memastikan bahwa keislaman aku baru sampai pada sebuah tulisan di KTP, tidak lebih, bukan, tapi belum lebih. Meskipun topik yang diangkat adalah topik yang serius -- karena di buku ini Kang Irfan mengangkat masalah akhlak dalam beragama, namun setiap penjelasan di dalam buku ini sangat tidak terasa seperti sedang menggurui, pun bahasa yang digunakan juga bukan bahasa ilmiah yang sulit dimengerti, namun dalam buku ini Kang Irfan menulis dengan percampuran bahasa formal dan nonformal yang disesuaikan di beberapa bagian dan pada beberapa tulisan memuat nada bercanda khas Sunda. Jadi, membaca buku ini bukan hanya membuat pembaca mengernyitkan dahi karena merasa tertampar, tetapi juga membuat tertawa karena memang beberapa tulisan dibawa dengan gaya humor.


Meskipun buku ini memang menarik, namun buku ini juga mempunyai sisi kurangnya, yaitu terdapat beberapa kesalahan penulisan kata dalam buku ini alias typo. Tapi, itu bukan masalah yang dapat mengganggu pembaca ketika membaca buku ini, karena meskipun typo, aku tetap bisa mengerti maksud dari kata tersebut, jadi tetap santuy~

Beberapa hal menarik dalam isi buku ini


Nah, ini nih bagian yang dari awal bikin aku pengen ngereview buku ini. Karena meskipun pake bahasa heureuy (bercanda-red), tapi buku ini banyak banget pesan-pesan yang menurut aku harus disampaikan ke teman-teman. Di buku ini, aku bisa ngambil banyak pelajaran agar bisa pelan-pelan belajar jadi Muslim yang baik, bukan cuman tulisan di KTP aja. Ketika membaca buku ini, banyak bagian yang aku tandai dengan stick notes karena banyaknya hal yang “ini nih yang sering w lupa”. Bukunya jadi rame banget sama stick notes, tapi gak serame pasar malem atau mall pas awal bulan (apaan sih). Ini dia beberapa pelajaran yang aku dapatkan dari buku ini : 

Setiap kejahatan yang menyerang agama kita, baik yang menyerang muslim ataupun agama lain, jangan kita balas lagi dengan kekerasan dan amarah. Karena itu justru membuat orang yang berbuat jahat merasa senang. Aku rasa, setiap agama mengajarkan kedamaian, bukan?

Hinaan tidak membuat yang dihina menjadi hina, tetapi hanya menunjukkan kehinaan pihak yang menghina. Kemuliaan Nabi kita tak seinci pun berkurang dengan hinaan. Kita tak usah panik dengan hinaan. Kita justru harus hati-hati dengan response kita yang mungkin malah membuat Nabi Muhammad terhina oleh ulah umatnya.” (Dikutip dari bagian “5 Sikap yang Seharusnya Kita Lakukan ketika Nabi Kita Dihina”)

Jangan hanya mengenal “Iqra” dengan lafadznya. Tapi coba maknai maksud Iqra itu. Ya, baca. Terdapat pertanyaan menarik yang ditulis penulis dalam bukunya, “Agama kita ajaran pertamanya Iqra, sejarah Islam adalah sejarah literasi, bangsa ini dibangun oleh founding fathers yang cinta buku. Lalu, kenapa Indonesia nomor 63 dari 65 negara dalam hal literasi?” begitu kira-kira




     Sebenarnya masih banyak hal menarik dalam buku ini, tapi nanti jadi terlalu panjang kontennya. Yaudah, itu tadi hasil review aku untuk buku Islam itu Ramah, Bukan Marah karya Irfan Amalee. Oh iya, buat yang mau nyari buku ini, kayaknya ada deh di Gramedia kota kesayangan kalian. Kalau aku dapet buku ini pas ada BBW Bandung 2019. Mungkin kalau gak ada di Gramedia, bisa jadi ada di toko-toko online. Bisa jadi ya, kalau gak ada jangan marah sama aku.


Oh iya, tidak lupa buat bilang (padahal diketik ini), kalau ada yang mau kasih saran atau mau kasih pendapat tentang tulisan, atau menambahkan tentang isi buku ini, sangat boleh tulis pendapat kalian di kolom komentar. Terima kasihJ



3.      




You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti