Cantik-shaming

February 06, 2020




“Ngapain sih lu pake make-up segala, bagusan juga natural.”
“Pucet banget lu, pake make-up napa, cewek kok gak make-up-an.”


Ya, begitulah ungkapan-ungkapan yang saling dilemparkan antara satu perempuan dengan perempuan yang lain. Jadi heran, kenapa masih banyak perempuan yang menjatuhkan perempuan lainnya, dan kenapa tidak saling merangkul dan membantu. Sebenarnya masih cukup banyak ungkapan lainnya yang digunakan untuk menjatuhkan sesama perempuan. Seperti masalah pakai atau tidak pakai make-up, berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, dan lain-lain. Selain menjatuhkan perempuan yang "berbeda" dengannya, perilaku seperti ini juga cenderung judgemental, karena men-judge tanpa tahu "gimana-gimananya" atau alasan dibalik pilihan perempuan tersebut.

Tapi, yang akan lebih dibahas kali ini adalah tentang masalah lebih baik mana perempuan yang pakai make-up atau yang tidak pakai make-up. Alasan aku mengangkat topik ini karena masih ada banyak perempuan yang merasa lebih baik dari perempuan lainnya, baik pihak pakai make-up dan juga yang tidak pakai make-up. Kedua pihak saling adu kelebihan dan menyebutkan keburukan dari perempuan yang memilih beda dengannya.

Tidak pakai lama, langsung saja aku jawab bahwa tidak ada yang lebih baik dari keduanya, baik perempuan yang pakai make-up atau yang tidak pakai make-up. Selain itu tidak ada yang lebih cantik, karena banyak yang membanding-bandingkan seperti, “lebih cantik yang gak pake make-up lah, lebih natural, kayak kalem juga.” Dan ada yang bilang, “ya lebih cantik yang make-up dong, feminine namanya.” dan lain-lain.

IMO, keduanya -- pakai make-up dan tidak pakai make-up adalah bentuk kebebasan untuk seorang perempuan, mau pilih opsi yang mana saja itu hak perempuan-perempuan yang mereka memang merdeka untuk memilih segala sesuatu dalam kehidupannya. Jadi, karena itu adalah sebuah bentuk kebebasan perempuan, maka tidak ada yang lebih baik dari keduanya. It’s choice.

Setiap perempuan berhak memilih bagaimana cara mereka mengekspresikan diri. Please, stop larang perempuan pakai make-up hanya dengan melempar tanya seperti, “emang mau diliat siapa sih?” dan pertanyaan-pertanyaan sejenis, karena ya mostly perempuan (mungkin ada beberapa, gak tau juga), yang pakai make-up bukan untuk dilihat siapa-siapa, tapi bisa jadi itu bentuk apresiasi diri, hobi, atau memang ya senang saja melakukannya. Juga sebaliknya, jangan juga mencibir perempuan yang  tidak pakai make-up dengan statement, “lu tuh gimana sih, cewek tapi gak ngerti make-up.” ataupun dengan statements lainnya. Kamu gak tau, mungkin aja dia sudah belajar make-up, tapi memang belum berani mengekspresikannya, atau memang itu bukan hobi atau kesenangannya perempuan tersebut, masa iya hobi harus dipaksa atau terpaksa karena mengikuti standarisasi gender.

Intinya, please don’t to be judgemental. Kalau gak tau alasan atau latar belakangnya sebaiknya diam saja, daripada membuat asumsi yang ternyata salah. Yuk, mulai sekarang untuk menghargai pilihan hidup yang dipilih sama orang lain. Jangan mencibir atau berasumsi yang berlebihan.
Kalau hidup belum bisa jadi manfaat, ya jangan jadi masalah. Jangan judgemental!

Sudah, ya. Kita jumpa lagi di cuap-cuap berikutnya!

Ps: kalau ada yang ingin menanggapi, silakan ya, dengan senang hati.

You Might Also Like

0 Comments

Popular Posts

@silvyabudiharti