Di antara hubunganku dengan sepatu, selalu muncul pertanyaan, "Kok, bisa, ya?"
Pertanyaan itu muncul karena aku, dengan proporsi tubuh yang imut ini (aku gak mau bilang pendek, hehe), selalu gak pernah bisa untuk leluasa memilih sepatu atau sandal yang aku inginkan. Aku juga agak heran dengan fenomena tersebut ((fenomena banget gak tuh)).
Karena yang selalu terjadi ketika aku mau membeli sepatu atau sandal, aku gak pernah menemukan ukuran yang cocok. Kalau urusan model, banyak yang cocok dengan seleraku. Sedangkan untuk ukuran, ini yang (agak) jadi masalah, karena selalu aja kekecilan🙂.
Rasanya mau menyalahkan takdir yang... "Kok gue yang gak tinggi ini punya ukuran kaki yang begitu panjang dan lebar, ya?"
Ya, jadi gak cuma panjang, tapi juga lebar. Yang kalau kita kalikan, 'si panjang' dan 'si lebar' itu akan jadi luas persegi panjang (loh, kok jadi bahas rumus matematika, fokus). Huft...
Dari hal itulah aku menerima nasib kalau aku akan susah buat beli flatshoes atau sepatu-sepatu yang biasanya punya bentuk cantik nan lucu. Mau gak mau, pada akhirnya aku hanya bisa membeli sepatu bermodel loafers atau slip on, pokoknya yang cukup ketika dipakai.
Tapi, dari situ aku jadi paham, apapun itu, yang paling penting adalah yang paling nyaman buat diri. Gak kebayang kalau harus memaksakan pakai flatshoes dan berakhir dengan kaki yang lecet-lecet, walau pas pakai itu akan nampak lucu nan girly🙂.
Akhirnya, ini adalah tentang bentuk penerimaan yang berujung kebiasaan. Aku yang sebelumnya selalu berharap bisa membeli sepatu yang bermodel lucu seperti flatshoes, sekarang jadi terbiasa kalau mau membeli sepatu gak perlu lihat-lihat lagi model flatshoes, yang selalu berakhir ngiler karena gak ada yang pas. Tapi, aku langsung saja mencari sepatu yang biasanya sudah pasti pas, cocok, dan tentunya sesuai dengan kebutuhanku.
Begitulah kisah antara aku dan sepatu. Tentang manusia yang sudah pasti punya porsinya masing-masing atas segala hal apapun di kehidupan, baik itu rezeki atau hal yang terdengar sepele, seperti ukuran sepatu, misalnya.
Dari sepatu, porsi manusia, sampai penerimaan.
Cheers!